Jangankan mikirin kenaikan BBM (bahan
bakar minyak), mikirin soal masalah perut aja sulit, padahal ada
korelasi di antaranya. Tapi begitulah, sederhananya, orang kebanyakan
berpikir. Apalagi mereka yang tidak memiliki kendaraan dan hanya
mengandalkan angkutan umum untuk aktivitasnya sehari-hari, masalah BBM
dan kendaraan yang dinaikinya bukan menjadi urusan mereka.
Namun bagaimana dengan mereka yang telah
memiliki kendaraan? Minimal yang beroda dua. Bahan Bakar Minyak tentu
berpengaruh, terlebih bila dalam hal perawatan kendaraan mereka.
Seolah-olah memiliki kendaraan seperti merawat seorang anak, ada
konsekwensi biaya sekolahnya, uang jajannya, bahkan persiapan dana untuk
berjaga-jaga bila mereka sakit atau memerlukan kebutuhan yang medesak.
Kalau sudah begini, masing-masing memiliki pertimbangan, karena
kebutuhan memiliki kendaraan tidak harus serta merta disamakan dengan
analogi tadi. Karena ada banyak alasan dibaliknya.
Lalu bagaimana dengan mereka para
pecinta kendaraan beroda empat, yang memiliki selera yang berbeda, baik
jenis kendaraan, mesin, maupun pertimbangan purna jual nantinya serta
tentu saja bahkan untuk gaya hidup?
Beberapa waktu lalu, saya
berbincang-bincang dengan beberapa kawan tentang perawatan kendaraan
mereka terkait dengan pilihan BBM yang digunakannya. Bagi yang sadar
memiliki penghasilan “besar”, memahami bahwa bensin bersubsidi bukan hak
mereka, sehingga pilihan kebutuhan ini bisa beralih pada jenis Pertamax
atau Pertamax Plus yang dikenal umum di Indonesia.
Nah, untuk kalangan pengguna jenis
bensin ini, performa kendaraan diakui memang sangat baik dibandingkan
menggunakan premium biasa, dan tentu saja hal ini secara langsung akan
berpengaruh dalam hal perawatan kendaraan nantinya.
Logika sederhanya mungkin bisa dipahami
seperti yang dituliskan melalui wikipedia. Karena memiliki nilai oktan
tinggi, untuk jenis bensin ini dapat menerima tekanan pada mesin
berkompresi tinggi, sehingga dapat bekerja dengan optimal pada gerakan
piston. Hasilnya, tenaga mesin yang menggunakan Pertamax (atau saya
sebutkan saja jenis bensin dengan nilai oktan tinggi) akan lebih
maksimal karena BBM digunakan secara optimal. Sedangkan pada mesin
kendaraan yang menggunakan premium, BBM terbakar dan “meledak” kadang
tidak sesuai dengan gerakan piston. Gejala inilah yang dikenal dengan
‘knocking’ atau mesin ‘ngelitik’.
Perlu diingat bahwa di dalam mesin,
campuran udara dan bensin (dalam bentuk gas) ditekan oleh piston sampai
dengan volume yang sangat kecil dan kemudian dibakar oleh percikan api
yang dihasilkan busi. Karena besarnya tekanan ini, campuran udara dan
bensin juga bisa terbakar secara spontan sebelum percikan api dari busi
keluar. Jika campuran gas ini terbakar karena tekanan yang tinggi (dan
bukan karena percikan api dari busi), maka akan terjadi knocking atau
ketukan di dalam mesin yang disebutkan tadi. Knocking ini akan
menyebabkan mesin cepat rusak, sehingga sebisa mungkin banyak orang
menghindarinya.
Sampai di sini sudah bisa dibayangkan pilihan bensin dengan oktan yang tinggi akan mendukung performa kendaraan juga lebih baik
Piston pada mesin juga dikenal dengan
istilah torak, adalah bagian dari mesin pembakaran dalam yang berfungsi
sebagai penekan udara masuk dan penerima tekanan hasil pembakaran pada
ruang bakar.
Lalu bagaimana dengan segi perawatan?
Menurut mereka terutama pengalaman saya, terbukti bensin dengan nilai
oktan tinggi mampu membersihkan timbunan deposit pada fuel injector,
inlet valve, ruang bakar yang dapat menurunkan performa mesin kendaraan
dan mampu melarutkan air di dalam tangki mobil sehingga dapat mencegah
karat dan korosi pada saluran dan tangki bahan bakar. Jadi, dalam segi
perawatan akan jauh lebih murah ketimbang menggunakan jenis bensin biasa
atau dengan nilai oktan lebih rendah.
Nah karena tadi saya sebutkan soal
oktan, perlu diketahui bahwa kualitas, kategori dan tentu harga bensin
biasanya berdasarkan angka oktan, Research Octane Number (RON).
Bilangan oktan ini adalah angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan
yang bisa diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan.
Nama oktan berasal dari oktana (C8),
karena dari seluruh molekul penyusun bensin, oktana yang memiliki sifat
kompresi paling bagus. Oktana dapat dikompres sampai volume kecil tanpa
mengalami pembakaran spontan, tidak seperti yang terjadi pada heptana,
misalnya, yang dapat terbakar spontan meskipun baru ditekan sedikit.
Beberapa angka oktana untuk jenis bahan
bakar, dapat dibaca melalui literatur, khususnya wikipedia. Seperti
bensin standar di Amerika Serikat yang memiliki oktana 87, bensin
standar di Eropa sama dengan pertamax yaitu memiliki angka oktana 91,
sedangkan pertamax plus memiliki angka 95.
Lalu apa di Indonesia hanya memiliki
pertamax plus dengan angka oktana 95? Tidak ada lagi yang lebih?
Ternyata sekarang ada yang lebih baik dari itu. Pada 25 Maret 2013, yang
lalu, Shell meluncurkan V-Power dengan angka oktana 95 sama dengan
pertamax plus, dan mulai 5 April yang lalu, bensin Shell V-Power telah
tersedia di seluruh outlet Shell yang berada di Jakarta, Surabaya dan
Bandung.
Menurut Guy Lovett, Shell
Technology Manager untuk Ferrari melalui situs Shell, produk V-Power
merupakan kemajuan kerjasama dengan Ferrari, dimana bahan bakar tersebut
mengandung 99% bahan yang sama dengan Shell V-Power yang digunakan
untuk balapan oleh Ferrari di FIA Formula One World Championship 2013.
Tentu saja, siapa saja pasti ingin mencoba bahan bakar super ini,
apalagi harganya tidak terlalu terpaut jauh dengan bensin jenis super
(non subsidi pastinya) yang selama ini dijual di Indonesia.
Lebih lanjut menurut Lovett, Shell V-Power dirancang untuk meningkatkan performa dan respons dengan membersihkan power-stealing dari
katup dan sistem injeksi di dalam mesin. Shell V-Power dengan Friction
Modification Technologi (FMT) juga secara aktif mengurangi gesekan
dengan menggunakan lapisan yang berfungsi untuk melindungi mesin dan
mengeluarkan energi. Teknologi inilah yang membuat Scuderia Ferrari
bersama dengan Shell berhasil memenangkan 10 gelar juara World
Championship Constructors di FIA Formula One dan gelar juara Drivers’
Championship.
Friction Modification Technologi (FMT)
yang berfungsi sebagai pengurang gesekan tambahan. Teknologi ini
diciptakan untuk membuat lapisan pelindung antara piston dan dinding
silinder yang berfungsi sebagai pelumas pada permukaan logam sehingga
daya gesek yang muncul akan berkurang dan mesin dapat bekerja dengan
lebih bebas.
Dengan paparan ini jelas untuk masalah
performa sudah tidak perlu disangsikan, sedangkan dalam masalah
perawatan menurut situs resmi shell, selain beberapa hal di atas,
terkait angka RON yang tinggi yang berdampak pada perawatan kendaraan,
Shell V-Power juga mengandung teknologi unggul untuk membersihkan mesin,
yang dikembangkan untuk membantu meningkatkan kinerja dan tingkat
respons berkendara sehari-hari. Komponen-komponen pembersih ini didesain
untuk mencegah penumpukan endapan dalam katup inlet dan untuk membantu
membersihkan segala yang tersisa dari bahan bakar lain. Hal ini membuat
mesin bergerak lebih bebas, membantu mesin bernapas dengan mudah, dan
membantu memindahkan energi dari bahan bakar ke roda lebih efisien.
O ya, karena harga minyak dunia sering
berubah-ubah, banyak pengusaha “nakal” berusaha mencampur zat pada
bensin untuk menaikan nilai oktana. Dengan demikian ada beberapa cara
untuk menambahkan angka oktan, misalnya tetraethyl lead (TEL,
Pb(C2H5)4). Karena murah, pilihan ini sering diambil untuk menjaga
kestabilan harga bensin agar stabil atau lebih “murah”. Untuk proses
ini, dari bentuk padat menjadi gas pada bensin yang mengandung TEL,
dibutuhkan etilen bromida (C2H5Br). Celakanya, lapisan tipis timbal
terbentuk pada atmosfer dan membahayakan makhluk hidup, termasuk
manusia. Di negara-negara maju, timbal sudah dilarang untuk dipakai
sebagai bahan campuran bensin.
Zat tambahan lainnya yang sering dicampurkan ke dalam bensin adalah MTBE (methyl tertiary butyl ether, C5H11O),
yang berasal dan dibuat dari etanol. MTBE murni berbilangan setara
oktan 118. Selain dapat meningkatkan bilangan oktan, MTBE juga dapat
menambahkan oksigen pada campuran gas di dalam mesin, sehingga akan
mengurangi pembakaran tidak sempurna bensin yang menghasilkan gas CO.
Belakangan diketahui bahwa MTBE ini juga berbahaya bagi lingkungan
karena mempunyai sifat karsinogenik dan mudah bercampur dengan air,
sehingga jika terjadi kebocoran pada tempat-tempat penampungan bensin
(misalnya di pompa bensin) MTBE masuk ke air tanah bisa mencemari sumur
dan sumber-sumber air minum lainnya.
Etanol yang berbilangan oktan 123 juga
digunakan sebagai campuran. Bahan ini lebih unggul dari TEL dan MTBE
karena tidak mencemari udara dengan timbal. Selain itu, etanol mudah
diperoleh dari fermentasi tumbuh-tumbuhan sehingga bahan baku untuk
pembuatannya cukup melimpah. Etanol semakin sering dipergunakan sebagai
komponen bahan bakar setelah harga minyak bumi semakin meningkat, dan
ini pula yang dimanfaatkan Shell dengan teknologi canggih dalam
perawatan kendaraan yang tentunya memiliki nilai lebih.
Karena Shell V-Power sudah ada di
Indonesia, tidak ada salahnya anda mencobanya. Disamping ramah
lingkungan dengan memperhatikan standar internasional, Shell V-Power
juga memiliki kelebihan yang telah disebutkan di atas. Minimal saya dan
beberapa teman sudah mencoba dalam menggunakannya, dalam perjalanan
Bogor-Jakarta dan sebaliknya. Cukup ringan dan anda pasti merasakan
perbedaanya, khususnya dalam performa. Sebenarnya perbedaan yang
dirasakan ini dapat dibuktikan pada perawatan kendaraan nantinya. Walau
belum saatnya melakukan perawatan rutin, namun kuat dugaan bahwa dengan
menggunakan Shell V-Power baik anggaran perawatan dan ketahanan mesin
akan lebih baik.
Memilih bahan bakar bensin yang terbaik
memang diperlukan, namun sebenarnya perlu diketahui teknologi dibalik
penciptaannya. Jadi, tidak ada salahnya mencoba terobosan teknologi baru
dari Shell V-Power ini.
Sumber : http://teknologi.kompasiana.com
Post a Comment