Sejak diawali pada 1950-an, komputer telah berevolusi hingga sampai pada cloud computing yang tengah menjadi tren dunia teknologi informasi saat ini. Sebelumnya telah didahului teknologi seperti mainframe, mini computer, client server, distributed computing, web dan virtualization. Cloud computing
memiliki karakteristik diantaranya akses peralatan bebas, penggabungan
sumberdaya, elastisitas cepat, layanan berbasis permintaan dan pelayanan
terukur. Chief Technology Officer PT. Global Digital Prima
(GDP) Venture, On Lee, menyampaikan hal ini dalam kuliah tamu bertajuk
"Cloud Computing, The Hot Trend in IT World". Kuliah tamu ini diikuti
ratusan mahasiswa Program Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
Universitas Brawijaya (PTIIK-UB) pada Jum'at (17/5) di gedung widyaloka.
PT. GDP yang merupakan bagian dari Djarum Group, menurut On Lee tertarik berbisnis cloud computing untuk development. Setidaknya ada beberapa lahan yang bisa digarap dalam pengembangan cloud computing ini meliputi hardware, Infrastruktur, software maupun platform. Pengembangan hardware telah dilakukan oleh beberapa perusahaan seperti Dell, HP, Cisco dan EMC. Sementara Infrastructure as a Service (IAAS) telah dilakukan perusahaan seperti Microsoft, Citrix. Software as a Service (SAAS) dilakukan oleh Microsoft sementara Platform as a Service (PAAS) oleh Google dan Facebook.
"Daripada membangun server sendiri, lebih baik menggunakan cloud computing," kata On Lee yang 30 tahun tinggal di Amerika Serikat. Membangun server sendiri, menurutnya membutuhkan banyak lokasi untuk back up data, yang masih pula diragukan keamanannya. Sementara data centre pada cloud computing telah terstandarisasi ISO dan aman dari kebakaran, banjir, serta bencana alam. Amazon Web Service (AWS) diantaranya, mempunyai 8 lokasi data centre di seluruh dunia dan setiap lokasi, seperti Singapura, memiliki multiple zone.
Karena itu, faktor geografis pun menjadi salah satu pertimbangan. Bogor, menurut pria yang pernah bekerja di Silicon Valley ini menjadi salah satu pilihan data centre di Indonesia, dibanding Jakarta yang sering banjir. Di Amerika Serikat, pilihan data centre jatuh pada Oregon yang diantaranya memiliki pembangkit listrik tenaga air terbesar di kawasan tersebut. Dua vendor raksasa yakni Amazon dan Facebook pun mempercayakan data centre-nya di negara bagian ini.
Manfaat lain, menurutnya cloud computing bisa menekan harga, perusahaan bisa lebih fokus pada bisnisnya, lebih cepat mengakses pasar serta pemanfaatan modal lebih efisien. Efisiensi tinggi bisa dilihat dari operasional Instagram dan Pinterest. Sebelum diambil facebook, menurutnya Instagram hanya digawangi oleh 13 karyawan. Sementara Pinterest dikerjakan 12 karyawan namun bisa menghasilkan pendapatan hingga 18 juta dollar, pertumbuhan hingga 10 kali lipat dengan data sebesar 410 TB. [denok]
Sumber : http://prasetya.ub.ac.id/
Post a Comment