Ketika persediaan bahan bakar fosil mulai menipis, Eropa dan
beberapa negara di Asia mulai melirik energi angin.
Kipas-kipas angin raksasa, yang mereka sebut taman energi angin, berdiri dimana-mana. Lebih dari 100 negara sudah menghasilkan listrik tenaga angin.
Booming energi angin mulai bergeser ke Asia, Amerika Utara, dan Eropa Barat. Negara-negara di Eropa Timur dan Amerika Latin juga sudah memulainya.
Kipas-kipas angin raksasa, yang mereka sebut taman energi angin, berdiri dimana-mana. Lebih dari 100 negara sudah menghasilkan listrik tenaga angin.
Booming energi angin mulai bergeser ke Asia, Amerika Utara, dan Eropa Barat. Negara-negara di Eropa Timur dan Amerika Latin juga sudah memulainya.
Tidak tahu apa alasan Indonesia tidak memulainya, padahal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini tidak kekurangan sumber angin, malah surplus angin.
Tetapi Indonesia masih bersikukuh memilih BBM sebagai sumber energinya, walau harus mengogoh kocek yang sangat banyak. Padahal potensi energi angin di Indonesia mencapai 9,4 Gigawatt per Hour (Gwh). Boleh dibilang cukup besar.
Namun, pemanfaatannya belum maksimal dan kebijakan pemerintah belum mendukung penggunaan energi angin sebagai sumber energi terbarukan.
Walau demikian, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai Besar Teknologi Energi (B2TE) bekerja sama dengan United Nations Development Programme (UNDP) mencoba merancang proyek Wind Hybrid Power Generation (WhyPGen) Market Development Intiatives.
Proyek yang didanai oleh Global Environment Facility (GEF) ini bertujuan mendorong komersialisasi pembangkit listrik hibrid berbasis energi angin di Indonesia. Targetnya menghasilkan sebesar 18,115 GWh, dan dapat mengurangi emisi CO2 sebanyak 16.050 metric ton.
Namun, dalam pengembanan energi angin di Indonesia masih terkendala masalah kebijakan dari pemerintah. Perusahaan-perusahaan di bidang energi mendesak pemerintah agar cepat menetapkan tarif dasar penjualan energi angin.
Nilai Investasi
Berapa investasi untuk pembangkit listrik tenaga angin? Investasi untuk instalasi pembangkit listrik tenaga angin (PLTB) pada tahun lalu mencapai 60 miliar Euro. Cina (75 GW) dan Amerika Serikat (60 GW) berada di posisi terdepan dalam bidang energi alternatif ini.
Jerman berada di peringkat ketiga dengan 31 GW. Tahun lalu, Eropa membangun PLTB baru berkapasitas total 12 GW. Masing-masing 1 GW di Italia, Spanyol, Rumania, Polandia, Swedia, dan Prancis. Inggris dan Jerman membangun sarana baru produksi listrik angin masing-masing 2 GW.
Menteri lingkungan Jerman, Peter Altmeier mengatakan, pembangunan PLTB pada tahun ini dan tahun depan akan terus ditambah. Ia memperkirakan kenaikan tiga GW di tahun 2013 dan 4,5 GW tahun 2014.
Diharapkan dalam 20 tahun ke depan, produksi listrik angin global akan bertambah sepuluh kali lipat. Ini perkiraan Sekjen Perhimpunan Energi Angin Dunia (WWEA), Stefan Gsänger.
Jika kebutuhan listrik global tidak berubah, maka kontribusi suplai listrik tenaga angin mencapai 30 persen di seluruh dunia. Pionir pengguna energi angin adalah Denmark. Saat ini, 30 persen listrik di Denmark sudah berasal dari tenaga angin.
"Integrasi produksi listrik energi angin yang cukup besar ke dalam jaringan listrik, berfungsi dengan baik. Juga karena Denmark mengkombinasikannya dengan pasokan energi panas," jelas Gsänger.
Teknologi penyimpanan masih akan terus berkembang dalam beberapa tahun ke depan. Tujuannya, agar pasokan listrik tetap stabil, juga di saat tiupan angin melemah. Demikian prediksi Gsänger.
Di Eropa Tengah dan Utara, model taman energi angin milik warga semakin bertambah banyak. Jerman adalah negara dengan taman energi angin terbanyak yang dikelola warga setempat. Bagi Gsänger, keterlibatan warga adalah elemen yang penting untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya taman energi angin.
"Hasil jajak pendapat menunjukkan, mayoritas warga menganggap turbin angin adalah hal positif dan bahkan ingin lebih banyak membangun kincir ingin. Apalagi warga tahu, bahwa mereka juga yang mendapat keuntungan dari taman energi tersebut," jelas Gsänger.
Kenapa pemerintah Indonesia tidak mendorong warganya membangun taman energi angin? Jawabannya sederhana, karena kepentingan ekonomi dan politik.
Sumber : http://www.suarapembaruan.com
Post a Comment