Gatal bisa dipicu oleh berbagai hal, antara lain alergi, infeksi
(misalnya jamur), eksim, dan peradangan. Bisa juga disebabkan dari dalam
tubuh, misalnya kekeringan kulit, perubahan hormonal, dan stres.
"Bagaimana
stres bisa menyebabkan gatal? Sampai sekarang, ini masih menjadi
perdebatan. Menurut beberapa penelitian, ada jalur psiko-neuro-dermato,
yaitu jalur kejiwaan melalui syaraf pusat ke syaraf tepi (kulit), yang
memicu keluarnya zat-zat penyebab rasa gatal di kulit. Tapi, masih belum
bisa dipastikan, kondisi kejiwaan seperti apa, gatalnya seberat apa,
dan lain sebagainya," dr. Tridia Sudirga SpKK dari klinik Polda,
menjelaskan.
Namun, memang ada kelainan-kelainan tertentu di
kulit yang berkaitan erat dengan pikiran. Contohnya, neurodermatitis
atau liken simpleks kronis. Kelainannya berupa eksim menebal di beberapa
area tertentu, biasanya di punggung tangan, punggung kaki, tengkuk, dan
bibir kemaluan.
Rasa gatal itu biasanya muncul pada malam hari
atau saat seseorang sedang bersantai dan istirahat. Sebab, saat sibuk
bekerja, dia lupa akan gatal yang dirasakan. Lokasi eksim ini juga cukup
khas, yaitu di area yang mudah dicapai oleh tangan dan mudah digaruk.
Ini
artinya, orang yang sangat menjaga kebersihan pun bisa saja terkena
eksim. "Orang yang bersih mungkin bebas kuman, tapi belum tentu bebas
stres," tutur dr. Tridia.
Satu hal lagi, stres dan penyakit kulit
itu punya hubungan timbal balik. Stres bisa menimbulkan penyakit kulit,
tapi sebaliknya penyakit kulit juga bisa bikin stres! Ini seperti
lingkaran yang sulit diputus. Gangguan pada kulit tentunya membuat
penampilan seseorang jadi terganggu. Apalagi, jika eksimnya timbul di
area yang bisa terlihat oleh orang lain. Akibatnya, dia jadi minder,
sehingga akhirnya kualitas hidupnya terganggu.
Sumber: http://www.femina.co.id
Post a Comment