Sumber Daya Manusia (SDM) adalah faktor sentral dalam suatu 
organisasi. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan
 berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya 
dikelola dan diurus oleh manusia. Jadi, manusia merupakan faktor 
strategis dalam semua kegiatan institusi/organisasi. Selanjutnya, MSDM 
berarti mengatur, mengurus SDM berdasarkan visi perusahaan agar tujuan 
organisasi dapat dicapai secara optimum. Karenanya, MSDM juga menjadi 
bagian dari Ilmu Manajemen (Management Science) yang mengacu kepada 
fungsi manajemen dalam pelaksanaan proses-proses perencanaan, 
pengorganisasian, staffing, memimpin dan mengendalikan. Foulkes (1975) 
memprediksi  bahwa peran SDM dari waktu ke waktu akan semakin strategis 
dengan ucapan berikut:
“For many years it has been said that capital is the bottleneck for a
 developing industry. I don’t think this any longer holds true. I think 
it’s the work force and the company’s inability to recruit and maintain a
 good work force that does constitute the bottleneck for production.  … 
   I think this will hold true even more in the future.”  
Tidak heran jika sekarang untuk SDM yang handal digunakan terminologi
 human capital yang semakin santer kita dengar. Lawas mata kuliah MSDM 
sesuai dengan fungsi MSDM yaitu hal ihwal staffing dan personalia dalam 
organisasi, yang mencakup analisis tugas/jabatan, rekrutmen dan seleksi 
calon tenaga kerja, orientasi, pelatihan, pemberian imbalan, penilaian 
dan pengembangan SDM. Karena sebagian atau seluruh tugas tentang 
penempatan personalia yang tepat untuk tugas yang tepat, orientasi, 
pelatihan, pemberian imbalan, promosi, pendisiplinan serta penilaian 
kerja untuk perbaikan kinerja merupakan tugas setiap manajer maka scope 
MSDM mencakup seluruh tugas tentang SDM yang diemban oleh setiap 
manajer. Dan aspek manajemen serta SDM demikian strategis dan demikian 
luasnya, maka MSDM melibatkan banyak aspek, terutama dengan 
faktor-faktor lingkungan internal organisasi (kekuatan dan kelemahan) 
serta lingkungan eksternal (peluang dan ancaman).
Tantangan manajer masa kini adalah merespons perubahan-perubahan 
eksternal agar faktor-faktor lingkungan internal perusahaan menjadi kuat
 dan kompetitif.
MSDM Strategis
Dessler (2000) mendefinisikan Manajemen SDM strategis sebagai berikut:
“Strategic Human Resource Management is the linking of Human Resource 
Management with strategic role and objectives in order to improve 
business performance and develop organizational cultures and foster 
innovation and flexibility”.   
Jelaslah bahwa para manajer harus mengaitkan pelaksanaan MSDM dengan 
strategi organisasi untuk meningkatkan kinerja, mengembangkan budaya 
korporasi yang mendukung penerapan inovasi dan fleksibilitas.
Peran strategis SDM dalam organisasi bisnis dapat dielAaborasi dari segi
 teori sumber daya, di mana fungsi perusahaan adalah mengerahkan seluruh
 sumber daya atau kemampuan internal untuk menghadapi kepentingan pasar 
sebagai faktor eksternal utama. Sumber daya sebagaimana disebutkan di 
atas, adalah SDM strategis yang memberikan nilai tambah (added value) 
sebagai tolok ukur keberhasilan bisnis. Kemampuan SDM ini merupakan 
competitive advantage dari perusahaan. Dengan demikian, dari segi sumber
 daya, strategi bisnis adalah mendapatkan added value yang maksimum yang
 dapat mengoptimumkan competitive advantage. Adanya SDM ekspertis: 
manajer strategis (strategic managers) dan SDM yang handal yang 
menyumbang dalam menghasilkan added value tersebut merupakan value added
 perusahaan. Value added adalah SDM strategis yang menjadi bagian dari 
human capital perusahaan.
Kecenderungan global: Perubahan, pergeseran Manajer masa kini 
dituntut untuk cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan 
lingkungan yang berlangsung cepat. Perubahan ini disebabkan antara lain 
oleh:
• Berbagai kemajuan teknologi yang berlangsung sangat cepat pada 10-20 
tahun terakhir, terutama dalam telekomunikasi, penggabungan komputer 
dengan komunikasi, CAD, CAM dan robotika.
• Pengaruh globalisasi: perusahaan manufaktur Amerika Serikat 
memanfaatkan buruh murah di negara-negara berkembang, persaingan yang 
semakin mendunia, produksi manufaktur multinasional
• Pengaruh deregulasi atau berkurangnya pengaturan harga, entry tariff 
dsb. oleh pemerintah, proteksi dan monopoli yang semakin  berkurang 
menyebabkan munculnya berbagai perusahaan baru dalam bidang 
telekomunikasi, penerbangan, bank yang beroperasi dengan biaya yang 
relatif lebih rendah (sangat kompetitif).
• Demografi tenaga kerja global yang berubah, mengarah kepada workforce 
diversity, diskriminasi tenaga kerja yang semakin longgar, bertambahnya 
tenaga usia tua dan tenaga kerja wanita
• Perubahan sistem sosio-politik seperti Rusia yang menjadi kapitalis, 
RRT yang menjadi negara industri, berdirinya asosiasi-asosiasi regional 
(EU, NAFTA, APEC dll.) yang bertujuan antara lain untuk kerjasama 
ekonomi, liberalisasi dan deregulasi perdagangan; reformasi di Indonesia
 yang meruntuhkan orde baru mestinya membawa paradigma baru di dunia 
usaha. 
Pergeseran-pergeseran yang telah disebutkan di atas berdampak kepada 
semakin banyaknya pilihan bagi konsumen; terjadinya mergers, 
joint-venture dan bahkan divestasi dan menutup usaha; siklus hidup 
produk menjadi lebih pendek dan terjadi fragmentasi pasar. 
Fenomena-fenomena tersebut menimbulkan ketidak pastian sebagai tantangan
 terhadap tugas manajer. Menjawab tantangan ini, agar dapat bersaing dan
 sustainable sesuai tuntutan perubahan, organisasi bisnis harus 
responsif, cepat bereaksi dan cost-effective.
Organisasi yang lebih datar (flat organization) kini menjadi norma baru. 
Organisasi piramidal dengan 7 – 10 lapis kini  mulai di”datar”kan 
menjadi hanya 3 – 4 lapis (AT&T dan GE dari 12 kini menjadi hanya 6 
lapis atau kurang). Bentuk piramidal kini bahkan dianggap kuno, 
tradisional, out of style, “rantai komando” semakin tidak diikuti, 
tetapi tentunya dengan operating procedures yang jelas. Ini juga menjadi
 pertimbangan bagi organisasi perguruan tinggi. Jika kita benar mengacu 
kepada cost effectiveness dan fungsi-fungsi line and staff management 
yang efisien, apakah memang diperlukan adanya para pembantu dekan jika 
sudah ada pembantu rektor, atau sebaliknya? Bukankah staff dan line 
functions kedua management lines tersebut sama? Apakah tidak terdapat 
redundancy yang berakibat pemborosan? Yang jelas kita mengikuti pola ini
 karena kepatuhan kepada peraturan pemerintah yang memang memerlukan 
debirokrasi. Kita tidak akan membahas masalah-masalah perlunya 
debirokrasi dan pemborosan yang berlebihan di negara kita sekarang ini 
karena untuk melakukannya mungkin diperlukan waktu bertahun-tahun, yang 
tentunya juga kurang manfaatnya jika para penentu policy enggan 
mendengarkan apalagi mau mengubahnya.
Perampingan personalia (downsizing),), dan kecenderungan bekerja 
dalam team yang lebih mendasarkan kerjanya kepada process, bukan fungsi 
spesialisasi, semakin menonjol. Istilah pemberdayaan yang kini digunakan
 dalam banyak aspek, juga merambah ke manajemen SDM. Pemberdayaan tenaga
 kerja (employee empowerment) dilaksanakan terutama bagi front line 
employees (seperti front desk clerks) untuk memberikan kepuasan maksimum
 kepada pelanggan. 
Berkaitan dengan kiprah manajer mengantisipasi perubahan struktur organisasi bisnis, Prof. Rosebeth Moss Kanter mengatakan:
“Position, title and authority are no longer adequate tools for managers
 to rely on to get their jobs done. Instead, success depends 
increasingly on tapping into sources of good idea, on figuring out whose
 collaboration is needed to act on those ideas, and on working with both
 to produce results.”
Manajemen sekarang telah banyak berubah dari keadaan 20-30 tahun 
lampau, di mana human capital menggantikan mesin-mesin sebagai basis 
keberhasilan kebanyakan perusahaan. Drucker (1998), pakar manajemen 
terkenal bahkan mengemukakan bahwa tantangan bagi para manajer sekarang 
adalah tenaga kerja kini cenderung tak dapat diatur seperti tenaga kerja
 generasi yang lalu. Titik berat pekerjaan kini bergerak sangat cepat 
dari tenaga manual dan clerical ke knowledge-worker  yang menolak 
menerima perintah (“komando”) ala militer, cara yang diadopsi oleh dunia
 bisnis 100 tahun yang lalu. 
Kecenderungan yang kini berlangsung adalah, angkatan kerja dituntut 
memiliki pengetahuan baru (knowledge-intensive, high tech.- 
knowledgeable) , high tech.- knowledgeable) yang sesuai dinamika 
perubahan yang tengah berlangsung. Tenaga kerja di sektor jasa di negara
 maju (kini sekitar 70 persen) dari tahun ke tahun semakin meningkat, 
dan tenaga paruh waktu (part-timer)  juga semakin meningkat. Pola yang 
berubah ini menuntut “pengetahuan” baru dan “cara penanganan” 
(manajemen) yang baru. Human capital yang mengacu kepada pengetahuan, 
pendidikan, latihan, keahlian,  ekspertis tenaga kerja perusahaan kini 
menjadi sangat penting, dibandingkan dengan waktu-waktu lampau
Dalam ketegori workforce diversity, sedang berlangsung peningkatan 
umur manusia yang berdampak kepada meningkatnya umur lanjut memasuki 
angkatan kerja. Di AS dalam 20 tahun terakhir (sejak 1979) terjadi 
peningkatan umur median dari 34.7 tahun ke 37.8 (1995) dan diproyeksikan
 menjadi 40.5 pada tahun 2005, sedang berlangsung peningkatan umur 
manusia yang berdampak kepada meningkatnya umur lanjut memasuki angkatan
 kerja. Di AS dalam 20 tahun terakhir (sejak 1979) terjadi peningkatan 
umur median dari 34.7 tahun ke 37.8 (1995) dan diproyeksikan menjadi 
40.5 pada tahun 2005 [7]. Demikian pula tenaga kerja wanita termasuk 
wanita berkeluarga dan dual career  secara global cenderung meningkat.
Bank teller, operator telepon, juru tik, semua kini menggunakan 
komputer sehingga penguasaan atas komputer bukan lagi fakultatif atau 
alternatif tetapi mutlak bagi angkatan kerja white collar sekarang ini. 
 Berlangsungnya progress globalisasi dan teknologi di Indonesia juga 
tidak ketinggalan. Perhatikan iklan Arthur Anderson/Prasetyo Strategic 
Consulting, operator telepon, juru tik, semua kini menggunakan komputer 
sehingga penguasaan atas komputer bukan lagi fakultatif atau alternatif 
tetapi mutlak bagi angkatan kerja white collar sekarang ini.  
Berlangsungnya progress globalisasi dan teknologi di Indonesia juga 
tidak ketinggalan. Perhatikan iklan Arthur Anderson/Prasetyo Strategic 
Consulting, yang membuka pelamar kerja untuk Information Technology 
Systems  and Network Security Consultants Systems  and Network Security 
Consultants (yang menguasai IT security products seperti Firewall etc.);
 Enterprise Solutions Risk Management Consultants (pengalaman dalam 
implementasi SAP review/audit, Oracle, project management); Banking 
Systems Specialist, Telecommunications System Consultants (a.l. 
berpengalaman dalam finance & accounting system, internet service 
provision, E-Commerce, EDP audit etc.); E-Business consultants, dan 
Integrated Customer Solutions Consultants. 
Salah satu sumber daya yang penting dalam manajemen adalah sumber 
daya manusia atau human resources. Pentingnya sumber daya manusia ini, 
perlu disadari oleh semua tingkatan manajemen. Bagaimanapun majunya 
teknologi saat ini, namun faktor manusia tetap memegang peranan penting 
bagi keberhasilan suatu organisasi. Menurut Buchari Zainun (2001, hal. 
17), manajemen sumber daya manusia merupakan bagian yang penting, bahkan
 dapat dikatakan bahwa manajemen itu pada hakikatnya adalah manajemen 
sumber daya manusia atau manajemen sumber daya manusia adalah identik 
dengan manajemen itu sendiri.
PENGERTIAN
Beberapa pengertian tentang manajemen sumber daya manusia, antara lain :
• Manajemen sumber daya manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, 
pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan, pengadaan, pengembangan, 
pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber
 daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi, dan 
masyarakat. (Flipo, 1989)
• Manajemen sumber daya manusia adalah sebagai penarikan, seleksi, 
pengembangan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia oleh 
organisasi. (French dalam Soekidjo, 1991)
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa manajemen sumber daya 
manusia merupakan proses pendayagunaan manusia atau pegawai yang 
mencakup; penerimaan, penggunaan, pengembangan dan pemeliharaan sumber 
daya manusia yang ada.
KONSEPS TENTANG SDM
Perubahan konsepsi tentang sumber daya manusia atau pandangan terhadap pekerja dalam kerangka hubungan kerja pada organisasi.
Pekerja dianggap sebagai Barang Dagangan. Sekitar pertengahan abad ke
 19 berkembang anggapan bahwa manusia kerja atau pekerja dianggap 
sebagai barang dagangan. Pekerja diperlakukan sebagai salah satu faktor 
produksi yang dapat diperjualbelikan untuk dijadikan alat produksi. 
Anggapan ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain pekerja tidak 
mungkin menjual daya atau tenaganya. Bahkan dalam pemanfaatan SDM ini, 
pekerja harus tunduk kepada beberapa hal yang ada diluar dirinya, 
seperti disiplin dan kekuasaan majikannya, pegawai lain, penggunaan dan 
pengembangan pegawai, yang diarahkan untuk tercapainya tujuan 
organisasi.
Pekerja dianggap sebagai SDM.
Adanya anggapan bahwa sering terjadinya pemborosan dalam pemanfaatan 
sumber daya manusia atau pekerja. Keadaan ini berpengaruh terhadap 
pencapaian tujuan dari organisasi, dan juga penghasilan pekerja itu 
sendiri. Selain pemborosan, juga faktor-faktor yang berkaitan dengan 
kelalaian pekerja, misalnya terjadi kecelakaan serta biaya pengembangan 
kemampuan atau kompensasi SDM. Semuanya merupakan biaya yang harus 
diperhitungan dalam menghitung biaya produksi. Biaya tersebut sering 
disebut sebagai biaya sosial yang harus ditanggung bersama-sama oleh 
pihak-pihak yang bersangkutan, seperti masyarakat, pemilik usaha dan 
pekerja sendiri. Biaya sosial ini kadang-kadang dapat melebihi biaya 
produksi.
Pekerja dianggap sebagai Mesin.
Pada akhir abad 19 dan permulaan abad ke-20, dengan munculnya konsep 
manajemen ilmiah (Scientific Management), antara lain proses manajemen 
lebih mengutamakan produktivitas pekerja. Manajemen mengutamakan pada 
pengukuran kerja dan kualitas kerja, analisa pekerjaan sampai kepada 
hal-hal yang sangat detail dalam pekerjaan. Pada situasi ini, pimpinan 
menempatkan pekerja tak ubahnya sebagai mesin, karena pekerjaan yang 
bersifat rutin, dan pekerjaan rutin pada prinsipnya dapat dikerjakan 
oleh mesin. Konsepsi SDM yang demikian tidak ubahnya menganggap bahwa 
pekerja itu sama dengan barang dagangan. Karena SDM dianggap seperti 
mesin, maka penggunaan pekerja tersebut diusahakan sama seperti mesin 
dengan mengutamakan produktivitasnya tanpa memandang segi-segi 
kemanusiaan seperti; pikiran, perasaan, dan tata nilai manusia lainnya.
Pekerja dianggap sebagai Manusia.
Sebagai reaksi terhadap pandangan yang menganggap dan memperlakukan 
manusia kerja sebagai mesin atau alat yang tidak manusiawi, maka muncul 
pandangan yang cenderung kadang-kadang terlalu manusiawi. Teori Y dari 
McGregor mempunyai relevansi tinggi dengan pandangan yang berwatak 
manusiawi. Dalam hal tertentu pandangan ini memang dapat berhasil yaitu 
bilamana kualifikasi pekerjanya sudah cukup tinggi, namun akan gagal 
bilamana manusianya dipandang dan diperlakukan secara manusiawi itu 
tanpa kendali sama sekali. Selanjutnya muncul gerakan hubungan manusia 
(human relations movement) yang dipelopori oleh Elton Mayo, Dickton dan 
sebagainya. Kelompok ini memandang bahwa dalam manajemen tidak 
semata-mata berdasar atas rasa kemanusiaan saja, tetapi secara ilmiah 
dapat dilakukan observasi terhadap pekerja. Selain itu pekerja mempunyai
 sistem saraf dan alat perasa lainnya sebagaimana manusia lainnya, dan 
juga ingin menempati kedudukan sosial yang layak dalam masyarakat. Pada 
tahapan ini, pandangan terhadap pekerja pada dasarnya ingin memanusiakan
 manusia pekerja, dan disarankan suapaya pekerja diperlakukan yang wajar
 dan manusiawi, dengan lebih memperhatikan perasaan-perasaan manusianya.
Pekerja dianggap sebagai Partner
Sebagai kelanjutan konsepsi tentang pekerja yang harus dimanusiakan, 
kemudian berkembang konsep partnership. Konsepsi ini pada prinsipnya 
ingin menjembatani perbedaan atau pertentangan antara pemilik usaha 
dengan pekerjanya. Disini ditekankan bahwa pemilik usaha tidak mungkin 
menjalankan sendiri usahanya tanpa bantuan orang lain atau pekerja, 
demikian pula sebaliknya pekerja tidak bisa melakukan kegiatan atau 
pekerjaan bilamana tidak ada pemilik usaha. Untuk itu perlu adanya 
kerjasama yang merupakan suatu sistem yang bermanfaat untuk terjadinya 
partnership. Konsep partnership ini dikembangkan oleh Ouchi dengan Teori
 Z yang saat ini banyak diterapkan pada manajemen Jepang. Secara 
mendasar konsep ini ingin menerapkan, bahwa pekerja supaya tidak tunduk 
sepenuhnya kepada kekuasaan manajemen yang absolut, akan tetapi 
memandang pekerja sebagai bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari 
manajemen itu sendiri. Pekerja mempunyai hak yang sama untuk berperan 
aktif dalam mencapai tujuan organisasi, seperti halnya kelompok ahli dan
 kelompok manajemen lain terlibat dalam pengambilan keputusan dan 
menentukan kebijaksanaan penting organisasi. Karena itu konsep 
partnership ini sering juga dinamakan ko-determinasi (co-determinas).
PROSES MANAJEMEN SDM
Proses manajemen sumber daya manusia yang akan dibahas, sebagaimana 
disampaikan oleh Pigors dan Myers (1961) yaitu menekankan pada; 
recruitment (pengadaan), maintenance (pemeliharaan) dan development 
(pengembangan).
Pengadaan Sumber Daya Manusia
Recruitment disini diartikan pengadaan, yaitu suatu proses kegiatan 
mengisi formasi yang lowong, mulai dari perencanaan, pengumuman, 
pelamaran, penyaringan sampai dengan pengangkatan dan penempatan. 
Pengadaan yang dimaksud disini lebih luas maknanya, karena pengadaan 
dapat merupakan salah satu upaya dari pemanfaatan. Jadi pengadaan disini
 adalah upaya penemuan calon dari dalam organisasi maupun dari luar 
untuk mengisi jabatan yang memerlukan SDM yang berkualitas. Jadi bisa 
berupa recruitment from outside dan recruitment from within. Recruitment
 from within merupakan bagian dari upaya pemanfatan SDM yang sudah ada, 
antara lain melalui pemindahan dengan promosi atau tanpa promosi. Untuk 
pengadaan pekerja dari luar tahapan seleksi memegang peran penting. 
Seleksi yang dianjurkan bersifat terbuka (open competition) yang 
didasarkan kepada standar dan mutu yang sifatnya dapat diukur 
(measurable). Pada seleksi pekerja baru maupun perpindahan baik promosi 
dan tanpa promosi, harus memperhatikan unsur-unsur antara lain; 
kemampuan, kompetensi, kecakapan, pengetahuan, keterampilan, sikap dan 
kepribadian.
Tahapan pemanfaatan SDM ini sangat memegang peranan penting, dan 
merupakan tugas utama dari seorang pimpinan. Suatu hal yang penting 
disini adalah memanfaatkan SDM atau pekerja secara efisien, atau 
pemanfaatan SDM secara optimal, artinya pekerja dimanfaatkan 
sebesar-besarnya namun dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan 
batas-batas kemungkinan pemanfaatan yang wajar. Orang tidak merasa 
diperas karena secara wajar pula orang tersebut menikmati 
kemanfaatannya.
Prinsip pemanfaatan SDM yang terbaik adalah prinsip satisfaction 
yaitu tingkat kepuasan yang dirasakan sendiri oleh pekerja yang menjadi 
pendorong untuk berprestasi lebih tinggi, sehingga makin bermanfaat bagi
 organisasi dan pihak-pihak lain. Pemanfaatan SDM dapat dilakukan dengan
 berbagai cara, mulai dari yang paling mudah dan sederhana sampai cara 
yang paling canggih. Pemanfaatan SDM perlu dimulai dari tahap pengadaan,
 dengan prinsip the right man on the right job.
Pemeliharaan Sumber Daya Manusia
Pemeliharaan atau maintenance merupakan tanggung jawab setiap 
pimpinan. Pemeliharaan SDM yang disertai dengan ganjaran (reward system)
 akan berpengaruh terhadap jalannya organisasi. Tujuan utama dari 
pemeliharaan adalah untuk membuat orang yang ada dalam organisasi betah 
dan bertahan, serta dapat berperan secara optimal. Sumber daya manusia 
yang tidak terpelihara dan merasa tidak memperoleh ganjaran atau imbalan
 yang wajar, dapat mendorong pekerja tersebut keluar dari organisasi 
atau bekerja tidak optimal. Pemeliharaan SDM pada dasarnya untuk 
memperhatikan dan mempertimbangkan secara seksama hakikat manusianya. 
Manusia memiliki persamaan disamping perbedaan, manusia mempunyai 
kepribadian, mempunyai rasa, karya, karsa dan cipta. Manusia mempunyai 
kepentingan, kebutuhan, keinginan, kehendak dan kemampuan, dan manusia 
juga mempunyai harga diri. Hal-hal tersebut di atas harus menjadi 
perhatian pimpinan dalam manajemen SDM. Pemeliharaan SDM perlu diimbangi
 dengan sistem ganjaran (reward system), baik yang berupa finansial, 
seperti gaji, tunjangan, maupun yang bersifat material seperti; 
fasilitas kendaraan, perubahan, pengobatan, dll dan juga berupa 
immaterial seperti ; kesempatan untuk pendidikan dan pelatihan, dan 
lain-lain. Pemeliharaan dengan sistem ganjaran ini diharapkan dapat 
membawa pengaruh terhadap tingkat prestasi dan produktitas kerja.
Pengembangan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang ada didalam suatu organisasi perlu pengembangan
 sampai pada taraf tertentu sesuai dengan perkembangan organisasi. 
Apabila organisasi ingin berkembang seyogyanya diikuti oleh pengembangan
 sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia ini dapat 
dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan.
Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk pengembangaan SDM, 
terutama untuk pengembangan kemampuan intelektual dan kepribadian. 
Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga yang
 digunakan oleh suatu organisasi, sedangkan pelatihan lebih berkaitan 
dengan peningkatan kemampuan atau keterampilan pekerja yang sudah 
menduduki suatu jabatan atau tugas tertentu.
Untuk pendidikan dan pelatihan ini, langkah awalnya perlu dilakukan 
analisis kebutuhan atau need assessment, yang menyangkut tiga aspek, 
yaitu : (1) analisis organisasi, untuk menjawab pertanyaan : “Bagaimana 
organisasi melakukan pelatihan bagi pekerjanya”, (2) analisis pekerjaan,
 dengan pertanyaan : ” Apa yang harus diajarkan atau dilatihkan agar 
pekerja mampu melaksanakan tugas atau pekerjaannya” dan (3) analisis 
pribadi, menekankan “Siapa membutuhkan pendidikan dan pelatihan apa”. 
Hasil analisis ketiga aspek tersebut dapat memberikan gambaran tingkat 
kemampuan atau kinerja pegawai yang ada di organisasi tersebut.
sumber ; Rudy C Tarumingkeng, PhD, Manajemen Sumber Daya Manusia

Post a Comment