Penelitian daur ulang sampah bungkus
minuman instan yang mengandung aluminium foil (lapisan tipis dibagian
dalam bungkus) dilakukan untuk mengetahui mutu produk teknologi proses
peleburan yang dilakukan dengan cara konvensional.
Aluminium merupakan bahan logam yang banyak digunakan dalam berbagai keperluan seperti untuk melapisi badan pesawat terbang, untuk perabot rumah tangga, untuk kaleng minuman karena mampu memberikan kekuatan mekanik yang baik, tahan korosi, serta memiliki mampu-cor yang baik.
Aluminium merupakan bahan logam yang banyak digunakan dalam berbagai keperluan seperti untuk melapisi badan pesawat terbang, untuk perabot rumah tangga, untuk kaleng minuman karena mampu memberikan kekuatan mekanik yang baik, tahan korosi, serta memiliki mampu-cor yang baik.
Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengkaji teknologi pemungutan kembali unsur aluminium yang
menempel dibagian dalam sampah plastik kemasan minuman instan. Disamping
itu juga dilakukan analisis mikrostruktur dan kekerasan mikro guna
mengetahui mutu produk daur ulang tersebut.
Bertitik tolak pada kesulitan -
kesulitan dalam penanganan sampah non-organik maka penulis melakukan
suatu observasi langsung ke tempat daur ulang sampah plastik aluminium
foil dan penelitian mutu produk dengan permasalahan sebagai berikut:“Bagaimanakah
teknologi sederhana untuk mendaur-ulang sampah plastik yang mengandung
selaput aluminium foil sehingga dapat diperoleh aluminium batangan dan
bagaimanakah mutu produk Aluminium ditinjau dari segi mikrostruktur dan
kekerasan mikronya ?”
Bahan-bahan yang diperlukan pada
proses daur ulang ini meliputi bahan utama dan bahan pendukung. Bahan
utama adalah bahan baku yang terdiri dari sampah bungkus minuman instan
atau bungkus obat yang mengandung aluminium foil dan jika ada ditambah
anfalan (barang rongsokan) seperti kaleng minuman, potongan plat atau
pipa aluminium. Bahan pendukungnya berupa greyhon, dibutuhkan pada saat
menyalakan api. Greyhon adalah bahan aditif yang berfungsi untuk
meningkatkan nyala api dan memisahkan lagam murni dari oksidanya. Oksida
atau pengotor akan mengambang diatas permukaan logam cair dan dibuang
dengan menggunakan centong.
Adapun alat peleburan terdiri dari
Termokopel untuk mengukur temperatur peleburan, besi pengaduk untuk
meratakan nyala api, centong untuk menuangkan cairan aluminium, tungku
peleburan dari drum yang bagian dalamnya dilapis bata tahan api dan
cetakan terbuat dari baja untuk membekukan cairan aluminium. Cetakan
aluminium cair ini memiliki ukuran panjang 56 Cm, lebar 13,5 Cm
sedangkan ketebalannya 6,0 Cm. Tungku termasuk semua peralatan masih
terbelakang dan ini sengaja diciptakan untuk menghemat biaya produksi.
Tungku yang dipakai berjumlah 9 buah ini kalau dioperasikan secara
maksimal akan menghasilkan 10 batang alumunium atau kalau bahan bakunya
cukup baik akan menghasilkan ±1 kwintal logam aluminium perhari.
Pada proses peleburan ini, mula-mula
sampah kemasan aluminium foil dimasukkan secara bertahap yaitu
kira-kira 50% dari kapasitas tungku. Selanjutnya masukkan greyhon (bahan
bakar) yang dibungkus dengan grenjeng (kertas timah rokok) dan
dinyalakan apinya. Ketika api mulai menyala greyhon terus ditambahkan
hingga api membesar. Setelah itu semua bahan utama dan anfalan (barang
rongsokan) aluminium dimasukkan sampai tungku penuh. Petugas terus
menekan-nekan bungkus aluminium foil untuk membantu mempercepat proses
pencairan. Selama proses berlangsung, suhu lebur logam dipantau dengan
termo-kopel. Apabila telah terjadi pencairan logam aluminium kemudian
kotoran yang mengapung dalam bentuk terak dibuang memakai centong.
Penuangan logam cair Aluminium ke cetakan baja juga dilakukan
menggunakan centong. Pembekuan logam cair dengan udara terbuka sampai
menjadi dingin dan aman dipegang berlangsung selama 10-12 jam. Setelah
beberapa saat logam cair membeku selanjutnya coran dikeluarkan dari
dalam cetakan. Coran tersebut kemudian dipreparasi untuk dianalisa
mikrostrukturnya menggunakan alat mikroskop optik dan diuji kekerasannya
menggunakan alat micro hardness tester.
Post a Comment