Bahan bakar dari fosil, semakin terbatas
keberadaannya. Selain itu, harga jualnya pun semakin mahal. Maka itu,
produsen kendaraan saling berlomba menghasilkan kendaraan yang irit
bahan bakar (BBM), tapi tetap memberikan power besar.
Tak sedikit teknologi di roda empat dibuat demi menekan konsumsi BBM. Mengingat, kondisi perkotaan yang makin sarat kemacetan. Jika sebelumnya satu liter sanggup menghantar mobil hingga jarak 10 km, maka karena macet sanggup 7 km/ liter. Terbayang sudah berapa liter pemborosan yang terjadi pertahun. Belum lagi, emisi gas buang yang ikut tinggi.
Tetapi, selain di mobil teknologi itu kini juga mulai diaplikasi di motor alias roda dua. Tanpa disadari, keberadaan teknologi itu pun mulai akrab di motor harian. Tak sekedar motor balap saja.
Lewat teknologi-teknologi ini, motor pun jadi lebih irit. Bahkan, tidak menutup kemungkinan kalau ke depan tercipta motor hybrid massal. Tentunya, sobat ingin tahu apa saja teknologi yang sudah dan tak menutup kemungkinan bakal diterapkan. Ini dia!
1. THROTTLE BY WIRE
Untuk menggerakkan katup di throttle body agar mampu menyemburkan bahan bakar dan udara, sebagian mobil sudah mengaplikasi throttle by wire. Teknologi ini, sudah tak menggunakan kerja mekanis dengan menggunakan kabel gas sebagai part penggerak butterfly throttle body.
Seperti diaplikasi di Nissan Livina, peran kabel digantikan sensor yang ada di pedal gas. Cara kerjanya mirip potensiometer layaknya volume buat mengatur audio. Perubahan tegangan ini yang akhirnya diterima ECU sebagai informasi, buat atur bukaan butterfly. ECU Juga, memberikan perintah ke injektor untuk jumlah injeksi bahan bakarnya.
Maka itu, tujuan pemakaian teknologi ini juga sebagai salah satu faktor efisiensi konsumsi BBM. Teknolgi ini juga diaplikasi di moge. Sebut saja Ducati. Pabrikan motor asal Italia ini juga sudah aplikasi teknologi ride by wire di Diavel dan 1198 Panigale.
2. DUA BUSI
Mungkin sobat familiar dengan Honda Jazz tipe i-DSI (intelligent-Dual Sequantial Iqnition). Mobil ini, mengaplikasi dua busi untuk tiap satu silinder. Tujuannya, untuk pembakaran yang sempurna dan efisien juga emisi gas buang yang lebih bersih.
Nah, di motor, Bajaj Pulsar juga aplikasi teknologi serupa. Di Bajaj, akrab dengan sebutan DTS-I (Digital Twin Spark-ignition). Prinsip kerjanya keduanya tetap sama. Yaitu, antara busi yang satu dengan yang lain, memiliki perbedaan waktu buat percikkan api. Sehingga pembakaran lebih sempurna. Proses ini, diatur CDI yang sudah diprogram sejak awal.
Selain digital CDI, proses meletiknya busi juga bisa dipantau dan dikontrol dari TRICS III (Throttle Responsive Ignition Control System). Peranti ini, berfungsi buat memajukan dan memundurkan pengapian sesuai kecepatan dan beban yang berbeda.
3. VARIABLE VALVE TIMING
Teknologi ini, mulai akrab dikenal di mobil. Perannya, mengatur waktu bukaan klep alias katup. Bisa di klep isap dan buang. Penamaannya di tiap pabrikan mobil, bisa berbeda. Misalnya di Toyata, dikenal dengan istilah VVT-i, Honda dengan panggilan V-TEC, Mitsubishi dengan sebutan MIVEC. Teknologi ini pun terus berkembang.
“Cara kerjanya camshaft intake bisa digeser melalui tekanan oli. Ketika rpm rendah, camshaft digeser agar saat penekanan katupnya dilambatkan (retard; red). Begitu juga sebaliknya, ketika rpm tinggi camshaft digeser ke arah lebih cepat (advance; red),” ujar Iwan Abdurahman, Technical Support Dept PT Toyota Astra Motor (TAM), produsen mobil Toyota di Indonesia.
Dalam pemakaiannya, ECU yang memerintahkan untuk menggeser kem tersebut, agar sesuai kebutuhan. Untuk aplikasi teknologi ini, butuh dukungan dari beberapa part termasuk sensor. Yaitu; controller yang bertugas menggeser advance atau retard, sensor posisi kem, sensor air pendingin mesin, oil control valve dan sensor posisi kruk as. “Teknologi ini diaplikasi dengan tujuan mendapatkan power yang lebih baik, lebih hemat bahan bakar dan emisi gas buang lebih bersih,” tambah Iwan.
“Di motor, motor besar seperti Honda Goldwing dan CBR sudah memakai teknologi seperti ini. Tujuannya, untuk menekan konsumsi bahan bakar dan power yang lebih baik,” timpal Sarwono Edhi, Technical Training Development PT Astra Honda Motor (AHM). Motor ‘harian’ kapan nih? He.. he.. he... (motorplus-online.com)
Tak sedikit teknologi di roda empat dibuat demi menekan konsumsi BBM. Mengingat, kondisi perkotaan yang makin sarat kemacetan. Jika sebelumnya satu liter sanggup menghantar mobil hingga jarak 10 km, maka karena macet sanggup 7 km/ liter. Terbayang sudah berapa liter pemborosan yang terjadi pertahun. Belum lagi, emisi gas buang yang ikut tinggi.
Tetapi, selain di mobil teknologi itu kini juga mulai diaplikasi di motor alias roda dua. Tanpa disadari, keberadaan teknologi itu pun mulai akrab di motor harian. Tak sekedar motor balap saja.
Lewat teknologi-teknologi ini, motor pun jadi lebih irit. Bahkan, tidak menutup kemungkinan kalau ke depan tercipta motor hybrid massal. Tentunya, sobat ingin tahu apa saja teknologi yang sudah dan tak menutup kemungkinan bakal diterapkan. Ini dia!
Untuk menggerakkan katup di throttle body agar mampu menyemburkan bahan bakar dan udara, sebagian mobil sudah mengaplikasi throttle by wire. Teknologi ini, sudah tak menggunakan kerja mekanis dengan menggunakan kabel gas sebagai part penggerak butterfly throttle body.
Seperti diaplikasi di Nissan Livina, peran kabel digantikan sensor yang ada di pedal gas. Cara kerjanya mirip potensiometer layaknya volume buat mengatur audio. Perubahan tegangan ini yang akhirnya diterima ECU sebagai informasi, buat atur bukaan butterfly. ECU Juga, memberikan perintah ke injektor untuk jumlah injeksi bahan bakarnya.
Maka itu, tujuan pemakaian teknologi ini juga sebagai salah satu faktor efisiensi konsumsi BBM. Teknolgi ini juga diaplikasi di moge. Sebut saja Ducati. Pabrikan motor asal Italia ini juga sudah aplikasi teknologi ride by wire di Diavel dan 1198 Panigale.
2. DUA BUSI
Mungkin sobat familiar dengan Honda Jazz tipe i-DSI (intelligent-Dual Sequantial Iqnition). Mobil ini, mengaplikasi dua busi untuk tiap satu silinder. Tujuannya, untuk pembakaran yang sempurna dan efisien juga emisi gas buang yang lebih bersih.
Nah, di motor, Bajaj Pulsar juga aplikasi teknologi serupa. Di Bajaj, akrab dengan sebutan DTS-I (Digital Twin Spark-ignition). Prinsip kerjanya keduanya tetap sama. Yaitu, antara busi yang satu dengan yang lain, memiliki perbedaan waktu buat percikkan api. Sehingga pembakaran lebih sempurna. Proses ini, diatur CDI yang sudah diprogram sejak awal.
Selain digital CDI, proses meletiknya busi juga bisa dipantau dan dikontrol dari TRICS III (Throttle Responsive Ignition Control System). Peranti ini, berfungsi buat memajukan dan memundurkan pengapian sesuai kecepatan dan beban yang berbeda.
3. VARIABLE VALVE TIMING
Teknologi ini, mulai akrab dikenal di mobil. Perannya, mengatur waktu bukaan klep alias katup. Bisa di klep isap dan buang. Penamaannya di tiap pabrikan mobil, bisa berbeda. Misalnya di Toyata, dikenal dengan istilah VVT-i, Honda dengan panggilan V-TEC, Mitsubishi dengan sebutan MIVEC. Teknologi ini pun terus berkembang.
“Cara kerjanya camshaft intake bisa digeser melalui tekanan oli. Ketika rpm rendah, camshaft digeser agar saat penekanan katupnya dilambatkan (retard; red). Begitu juga sebaliknya, ketika rpm tinggi camshaft digeser ke arah lebih cepat (advance; red),” ujar Iwan Abdurahman, Technical Support Dept PT Toyota Astra Motor (TAM), produsen mobil Toyota di Indonesia.
Dalam pemakaiannya, ECU yang memerintahkan untuk menggeser kem tersebut, agar sesuai kebutuhan. Untuk aplikasi teknologi ini, butuh dukungan dari beberapa part termasuk sensor. Yaitu; controller yang bertugas menggeser advance atau retard, sensor posisi kem, sensor air pendingin mesin, oil control valve dan sensor posisi kruk as. “Teknologi ini diaplikasi dengan tujuan mendapatkan power yang lebih baik, lebih hemat bahan bakar dan emisi gas buang lebih bersih,” tambah Iwan.
“Di motor, motor besar seperti Honda Goldwing dan CBR sudah memakai teknologi seperti ini. Tujuannya, untuk menekan konsumsi bahan bakar dan power yang lebih baik,” timpal Sarwono Edhi, Technical Training Development PT Astra Honda Motor (AHM). Motor ‘harian’ kapan nih? He.. he.. he... (motorplus-online.com)
Post a Comment